Mama…
Cuaca semakin kelam
Awan kelabu menyelimuti alam
Dan kami semakin tidak engkau kenal
Buah kasih yang dulu engkau sayang
Engkau tak pernah menghitung setiap getar kebaikan
Kasih sayangmu terhampar sepanjang garis pijakan
Pandanganmu selalu terarah ke langit sumber kasih
Curahan samudra rahmat tak bertepi
Mama…
Ladang dua hektar telah dikoyak anak cucu dan cicit
Di sana cucuran keringatmu membentuk pigura
Keadilan, kebijaksanaan ideologi semut dan pipit
Nafasmu menghirup kegetiran, kewaspadaan dan syukur,
Nafasmu meluapkan perjuangan, keadilan dan kebaikan
Lenganmu menjangkau hari-hari yang terus bergulir
Menanjak satu-satu ke puncak keabadian, kar'na....
Di sana terbetang ladang kita yang abadi
Engkau tidak mewariskan nasihat muluk dan pongah
Engkau tidak mengajarkan kebaikan dengan teriak amarah
Engkau tabah, pasrah tanpa kata
Hatimu seakan selalu tertuju ke surga
Engkau anugerah terbesar dan terindah bagi kami
Karena Engkau total mengasihi kami
Yang tidak menuntut balas atas setiap kebaikanmu
Yang pasrah kepada kehendak Tuhan yang Mahakuasa.
Mama...
Cuaca semakin kelam
Malam semakin mendekat
Dan engkau tetap tersenyum.
Syukur Tuhanku
Terimakasih mama
Kami semua bahagia.
***roy***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar